mengatasi penyakit dengan pengobatan alami


obat herbal




Pembahasan mengenai obat herbal masih berlanjut, sebelumnya kita telah menyimak pembahasan mengenai gambar-gambar tumbuhan herbal, sekarang kita lanjutkan lagi pembahasannya mengenai mengatasi penyakit dengan pengobatan alami silahkan disimak


Ramuan Herbal, Alternatif Pengobatan Alami
 
Hidup sehat tanpa mengalami gangguan kesehatan adalah dambaan setiap orang. Terlebih di era modern seperti saat ini yang menuntut setiap orang selalu aktif berkarya dan berprestasi. Oleh karena itu, kesehatan sangat penting dan menjadi “barang berharga” yang perlu dirawat.

Pada dasarnya, ada empat faktor utama yang menetukan kesehatan seseorang, yaitu pola hidup, kondisi lingkungan, mutu pelayanan kesehatan yang tersedia, dan faktor hereditas (keturunan). Dari keempat faktor tersebut, pola hidup memegang peranan terbesar dalam menentukan kualitas kesehatan. Penerapan pola hidup alami dengan memperhatikan dan menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari tentu dapat meningkatkan kualitas kesehatan.

Kehidupan modern menuntut seseorang bergerak cepat untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Hal tersebut membuat manusia berada dalam kondisi kelelahan, kurang tidur, stress, dan depresi yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Akhirnya, tubuh rentan terserang penyakit. Selain itu, kondisi lingkungan yang buruk, seperti polusi dan perubahan iklim juga menekan fungsi kerja sestem imun dalam melindungi tubuh dari segala gangguan penyakit.
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang menjadi tren saat ini membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam, termasuk pengobatan dengan tumbuhan berkhasiat obat (herbal). Sebenarnya, penggunaan herbal sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan.

Selain lebih ekonomis, efek samping ramuan herbal sangat kecil. Yang harus diingat, waspadalah dengan beredarnya jamu-jamu tradisional dalam kemesan yang mengklaim sebagai obat herbal alami karena banyak yang dicampur dengan obat kimiawi. Jamu tersebut dapat menimbulkan efek samping dan kerusakan organ sehingga jurstru membahayakan keselamatan konsumen. Oleh karena itu, penggunaan obat herbal alami dengan formulasi yang tepat tentunya lebih aman dan efektif.

Agar pemanfaatan herbal menghasilkan pengobatan yang efektif, berikut ini petunjuk pemanfaatannya;
  • Cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir sampai bersih.

  • Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan. Jika bahannya besar atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat perebusan zat-zat yang terkandung di dalamnya mudah keluar dan meresap dalam air rebusan. Untuk herbal yang akan disimpan, keringkan dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan kering (simplisia) juga lebih mudah dihaluskan untuk dijadikan serbuk (bubuk). Pengeringan dapat langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga diangin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau kandungan airnya.

  • Seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk (serbuk) dengan air panas atau mendidih.

  • Untuk bahan yang keras dan sukar diekstrak, sebaiknya hancurkan dan rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit sebelum memasukkan bahan lain.

  • Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus. Pastikan jumlahnya cukup sehingga seluruh bahan berkhasiat obat terendam sekitar 3 cm.

  • Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah yang terbuat dari periuk tanah (keramik), panic enamel, atau panci beling. Jangan menggunakan wadah dari logam, seperti besi, aluminium, dan kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air rebusan dan membentuk zat racun yang menurunkan efektivitas tumbuhan obat dalam mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak mudah hilang.

  • Gunakan api sesuai jenis herbal yang direbus.
  1. Api kecil: Gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai tonikum, seperti ginseng dan jamur ling zhi agar kandungan aktifnya terserap ke dalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam). Api kecil dengan waktu perebusan yang lama juga digunakan untuk herbal yang mengandung toksin, seperti mahkota dewa agar kandungan toksinnya berkurang
  2. Api besar: gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang berkhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkeh, dan kayu manis. Setelah air mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar. Dengan cara ini, kandungan atsirinya tidak banyak hilang karena proses penguapan yang berlebihan.

  • Jika tidak ada ketentuan lain, perebusan dianggap selesai saat air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya dari 800 cc menjadi 400 cc. jika bahan yang direbus kebanyakan berupa bahan keras, seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan sepertiganya, misalnya dari 600 cc menjadi 200 cc.

  • Jika menggunakan bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah dari jumlah bahan segar. Misalnya, pemakaian daun sendok segar pemakaiannya 30 gram dan jika kering 15 gram.

  • Pastikan dosis tumbuhan obat sesuai dengan yang dianjurkan. Umumnya, satu resep tumbuhan obat dibagi untuk 2 kali minum sehari. Sisa ampas rebusan pertama dapat direbus sekali lagi untuk satu kali minum pada sore atau malam hari.

  • Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat dan setelahnya pakai baju tebal atau selimut. Namun, untuk jenis herbal tertentu, seperti rebusan biji pinang harus diminum dingin untuk menghindari kontraksi dengan lambung yang mengakibatkan mual, muntah, dan kram perut.

  • Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah terserap. Namun, untuk ramuan obat yang dapat merangsang lambung, minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai penguat (tonikum) pada pagi hari sewaktu perut kosong. Untuk ramuan yang berkhasiat sebagai penenang, misalnya untuk insomnia, minum menjelang tidur.

  • Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa manfaatnya, tetapi bersifat konstruktif (memperbaiki atau membangun). Efek obat kimiawi memang terlihat cepat, tetapi bersifat destruktif. Karena sifatnya itu, herbal tidak dianjurkan sebagai pengobatan utama penyakit-penyakit infeksi yang bersifat akut (mendadak), seperti demam berdarah, muntaber, dan lainnya yang harus segera mendapat pertolongan medis. Tanaman obat lebih diutamakan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang bersifat kronis (menahun).
Pengobatan herbal dapat dikombinasikan dengan obat kimiawi, terutama untuk penyakit kronis yang susah disembuhkan, seperti kanker agar diperoleh hasil pengobatan yang lebih efektif. Aturan minum obat herbal sekitar 2 jam setelah pemakaian obat kimiawi.

Jika Anda membutuhkan resep obat herbal secara lengkap, dapatkan ebook nya secara gratis dengan cara klik obat herbal untuk melihat info selengkapnya.